Puja Bhakti dan Dhammasanti Waisak 2557 B.E,/2013 Kamadhis UGM

| By admin

background

1“Tidak ada yang instan di dunia ini. Pangeran Siddharta saja butuh perjuangan untuk mencapai kesempurnaan,” ujar Kathleen Lupita selaku ketua panitia Perayaan Tri Suci Waisak 2013. Hal tersebut disampaikannya dalam acara yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Buddhis (Kamadhis) UGM pada Sabtu (15/6) malam silam. Bertempat di Auditorium Fakultas Biologi, perhelatan ini diselenggarakan untuk memperingati hari suci Waisak. “Kami juga bertujuan memperat hubungan antar Kamadhis dan Vihara di Jogja,” tambah mahasiswa Teknik Arsitektur ’11 ini.

Perayaan diawali dengan sambutan pembukaan dari ketua Kamadhis dan ketua panitia acara. Selanjutnya, dilakukan ibadah Puja Bhakti yang merupakan salah satu ritual dalam perayaan Waisak. “Puja Bhakti diadakan sampai setengah delapan. Maka dari itu kami mengundang tamu umum yang bukan beragama Buddha setelah jam segitu,” ungkap Kathleen. Salah seorang tamu yang diundang adalah Lutfiana Fifi Widiastuti, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi UNY ’11. “Saya datang sebagai delegasi Kopma UGM yang diundang UKM Kamadhis,” ujarnya.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembacaan kisah Siddharta Gautama. Narasi yang dibacakan terdiri dari tiga tahap: Kelahiran, Pencapaian Penerangan, dan Parinibbana. Kathleen menerangkan, pada dasarnya Waisak adalah peringatan atas tiga peristiwa tersebut. Ketiganya adalah momen penting dalam agama Buddha.

2 3

 

 

Dalam tahap Kelahiran, diceritakan bagaimana Pangeran Siddharta Gautama sebagai seorang guru sejati, lahir ke dunia. Kemudian pada tahap Pencapaian Penerangan, Siddharta Gautama yang telah lama bertapa akhirnya mencapai tingkat sempurna menjadi Buddha di usia 35 tahun. Hingga akhirnya pada Parinibbana, Siddharta Gautama wafat di usia 80 tahun. Parinibbana sendiri berarti meninggal dan tidak terlahir kembali karena telah mencapai kesempurnaan. Tiga momen tersebut terjadi di tahun yang berbeda, namun pada bulan yang selalu sama. “Semuanya terjadi saat bulan penuh atau ‘Purnama Sidhi’, itulah yang diperingati sebagai Waisak,” terang Kathleen.
Erik, salah seorang peserta acara, mengaku puas dengan perayaan ini. “Acaranya cukup bagus, di luar ekspektasi. Mengobati kekecewaan atas perayaan Waisak di Borobudur kemarin,” kata mahasiswa Ilmu Komputer UGM ’10 ini. Hal serupa juga dirasakan Fifi. “Dari sini saya jadi tahu tentang kisah Siddharta Gautama,” ujarnya.
Di penghujung acara, semua peserta bersama-sama menyanyikan lagu rohani “Suatu Renungan di Malam Waisak” sebagai penutup. Perayaan Waisak sendiri dimaknai Kathleen sebagai sebuah pelajaran dalam kehidupan. Melalui acara ini, Kathleen ingin mengangkat semangat Siddharta dalam mencapai kesempurnaan pengetahuan. “Semoga kita dapat mengimplementasikan semangat tersebut dalam kehidupan sehari-hari,” harapnya.
Credit: http://www.balairungpress.com