Body Shaming: Tak Sadar Terucapkan
“Jelek banget kamu, belajar make-up, gih!”
“Hei, ada arang yang lewat.”
“Kamu cantik kalau kurusan dikit.”
Dengan pikiran bahwa ingin mengubah orang lain menjadi lebih baik, kita sering melakukan body shaming. Sebenarnya body shaming itu apa? Kenapa terkadang kita bisa menjadi korban atau pelakunya? Apa akibat yang dapat ditimbulkan dari fenomena ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah terjadinya hal ini?
Body shaming, dapat dikelompokkan sebagai suatu tindakan bullying, merupakan tindakan menghina fisik orang lain baik secara verbal maupun non-verbal. Body shaming dapat dilakukan melalui perkataan langsung di depan orang dan juga dapat melalui media sosial. Banyak faktor yang dapat menjadi alasan timbulnya fenomena ini. Mulai dari sekadar bercanda untuk mencairkan suasana hingga yang memang mempunyai tujuan untuk menghina seseorang.
Saking banyaknya perilaku body shaming di kehidupan sehari-hari maupun di media sosial, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang hukuman yang harus diterima oleh pelaku. Beberapa contoh yang dapat mereka terima, yaitu:
1. UU ITE Pasal 27 Ayat 3.
Pelaku penghinaan di sosial media dapat dijerat dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda maksimal satu miliar rupiah, dan
2. Pasal 310 KUH Pidana
Pelaku body shaming secara verbal yang ditujukan secara langsung pada orang lain dapat dipidana penjara maksimal sembilan bulan.
Fenomena body shaming sendiri dapat menimbulkan banyak masalah kepada korbannya. Dampak yang paling parah adalah masalah mental. Contoh permasalahan mental yang dapat timbul, antara lain depresi, gangguan makan, gangguan kecemasan, hingga serangan panik. Misalnya, seseorang diejek karena badannya yang ‘subur’, tentu saja ia dapat memikirkan ejekan tersebut, kemudian mulai melakukan diet ekstrem yang dapat membahayakan tubuhnya. Dia memulainya dengan mengurangi porsi makan secara ekstrem hingga mencoba berbagai obat pelangsing badan. Jika melakukan diet tidak sehat, tentu hal ini dapat berdampak pada kesehatan tubuh juga.
Everything starts from yourself. Untuk mencegah terjadinya body shaming, kita dapat memulai dari diri sendiri, seperti mulailah mencintai diri sendiri, berhenti memberi julukan kepada orang lain, dan saling menghargai satu sama lain.
Attānañce Piyaṁ Jaññā. Rakkheyya Naṁ Surakkhitanti
Jika seseorang sadar bahwa diri sendiri paling dicinta, sepatutnya, ia merawat dirinya dengan baik
(Dhammapada, 157)
Profil Penulis:
Jessica Tantri, mahasiswi FMIPA yang hobi membaca novel. Mencoba memunculkan bakat menulisnya dengan mencurahkannya di Tim Redaksi Eka-citta. Penulis dapat dihubungi melalui email jessica.tantri@mail.ugm.ac.id atau Instagram: @jessicatantri381
Referensi:
Afifah, M. N., 2021, ‘Kenali Apa itu Body Shaming dan Efek Buruknya Pada Kesehatan Mental’, diakses pada 21 Januari 2022, dari https://health.kompas.com/read/2021/08/06/193100468/kenali-apa-itu-body-shaming-dan-efek-buruknya-pada-kesehatan-mental?page=all
Bhikkhu Dhammadhīro, 2007, ‘Sudahkah Anda Mencintai Diri Sendiri?‘, diakses pada 21 Januari 2022, dari https://www.dhammacakka.org/?channel=ceramah&mode=detailbd&id=402
Hestianingsih, 2018, ‘Biar Nggak Dipenjara, Kenali 7 Perilaku Tak Terduga Body Shaming di Medsos’, diakses pada 21 Januari 2022, dari https://wolipop.detik.com/health-and-diet/d-4312523/biar-nggak-dipenjara-kenali-7-perilaku-tak-terduga-body-shaming-di-medsos
Izdihara, A. H., 2019, ‘5 Cara Untuk Mulai Cegah Agar Gak Body-Shaming ke Orang Lain’, diakses pada 21 Januari 2022, dari https://www.idntimes.com/life/inspiration/aviva-hana-izdihara/5-cara-untuk-mulai-cegah-agar-gak-body-shaming-ke-orang-lain-c1c2/1
Kongres Advokat Indonesia, 2021, ‘Polisi: Ancaman Pidana Pelaku Body Shaming 9 Bulan-6 Tahun Penjara’, diakses pada 21 Januari 2022, dari https://www.kai.or.id/berita/19378/polisi-ancaman-pidana-pelaku-body-shaming-9-bulan-6-tahun-penjara.html#:~:text=Polisi%3A%20Ancaman%20Pidana%20Pelaku%20Body%20Shaming%209%20Bulan%2D6%20Tahun%20Penjara,-August%208%2C%202021&text=Kemudian%20.