APAKAH SEMUA BUDDHIS ADALAH VEGETARIAN?
Oleh : Geraldy Kianta
“Nanti siang kita makan ayam goreng yuk!! Aku bayarin nih!”
“Waduh, aku vegetarian.”
“Ohh! Buddhis ya kamu?”
Salah kaprah di atas bukan tanpa alasan. Sila pertama dari lima ajaran dasar moral agama Buddha (Pancasila) berbunyi “Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi”, yang berarti “Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup”. Banyak orang yang kemudian mengartikan bahwa Buddhis, sebagai bentuk pengamalan sila pertama tersebut, pastilah vegetarian. Padahal menjadi vegetarian adalah pilihan. Tidak semua Buddhis adalah vegetarian.
Sang Buddha tidak pernah melarang konsumsi daging. Bahkan, Sang Buddha secara terang-terangan menolak usulan seorang Devadatta untuk mewajibkan vegetarian. Para bhikkhu dan bhikkhuni dari Buddhist Monastics pada zaman dahulu hidup dan makan hanya dari pemberian atau sedekah masyarakat, termasuk pemberian berupa daging. Lalu, bagaimana para bhikkhu dan bhikkhuni yang menerima pemberian daging dari hasil pembunuhan itu bisa dianggap tetap mengamalkan sila pertama?
Seorang biksu dari aliran Theravada memberi perumpamaan terkait kebimbangan tersebut. Umpamakan seekor harimau membunuh seekor rusa, kemudian memakan sebagian hasil buruannya dan meninggalkan sisanya. Sesudahnya, seekor burung bangkai datang dan menghabiskan sisa buruan harimau tersebut. Apakah si burung bangkai bisa dikatakan bertanggungjawab atas pembunuhan si rusa? Artinya dalam ajaran Buddhis tindakan membunuh dan memakan daging adalah berbeda. Yang menjadi larangan adalah ketika pembunuhan sengaja dilakukan demi memberi sedekah daging pada biksu.
Meski tidak diharuskan, tetapi pada akhirnya beberapa aliran Buddha menganjurkan vegetarian, seperti Mahayana. Biksu-biksu di China dan Vietnam memiliki kewajiban vegetarian. Sementara itu, Buddhis di Jepang dan Nepal jarang yang menjadi vegetarian. Kebanyakan landasan Buddhis menjadi vegetarian adalah keyakinan bahwa dengan mengurangi permintaaan konsumsi daging maka pembunuhan hewan akan berkurang.
Pada dasarnya, menjadi seorang vegetarian adalah pilihan hidup bagi Buddhis itu sendiri. Apalagi secara umum gerakan vegetarian sudah tidak lagi hanya antar umat Buddha. Banyak orang yang memutuskan menjadi vegetarian untuk menjalani pola hidup yang lebih sehat atau diet. Selain itu, gerakan vegetarian diyakini berbagai pihak sebagai salah satu solusi mencegah pertambahan emisi karbon yang berasal dari peternakan.
Akhir kata:
Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā, Semoga Semua Makhluk Berbahagia!
Referensi
Gabriella Pratini, 2014, Eka-citta bersatu dalam dharma, ed XXXVII, pp. 3-5, Tim Eka-citta Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Liew, Samanera K., 1999, ‘Buddhism and Vegetarianism’, diakses pada 17 Februari 2020, dari https://www.urbandharma.org/udharma3/vegi.html
Liusuwan, Nicholas, 2017, ‘Why Aren’t All Buddhists Vegetarians?’, diakses pada 17 Februari 2020, dari https://www.huffpost.com/entry/why-arent-all-buddhists-v_b_9812362