EC Article August Edition 2022

| By kamadhis.ukm

background

Dopamine Detox, Puasa dari Pemicu Kesenangan

Gambar 1. Ilustrasi orang kecanduan sosial media
(Sumber gambar: https://pixabay.com)

Pernah ga kalian merasa susah lepas dari suatu hal walaupun itu enggak baik, bermain media sosial dan game berlebihan atau mungkin susah banget berhenti nonton film porno. Apa penyebab dari sulitnya menghentikan kegiatan-kegiatan tersebut? Saat sudah berhenti malah keinginan untuk melakukan hal tersebut kembali muncul dan kalian kembali memulai dari awal. Ayo kita kenalan dengan dopamin, salah satu neurotransmiter pada otak kita.

Dopamin adalah salah satu hormon yang diproduksi dalam otak sebagai pembawa informasi dari satu sel saraf ke sel lainnya. Dopamin dulunya dianggap sebagai hormon yang menghasilkan rasa senang. Setelah penelitian lebih lanjut, ternyata dopamin merupakan senyawa yang terkait dengan motivasi untuk melakukan hal menyenangkan tersebut. Dopamin memiliki peran dalam mengatur aktivitas belajar, motivasi, tidur, perhatian, dan suasana hati.

Kelebihan produksi dopamin dapat mengakibatkan ketergantungan pada zat atau aktivitas tertentu. Menurut penelitian, dopamin akan meningkat ketika otak menyadari akan mendapatkan hadiah, misalnya makanan, obat terlarang, atau sekadar jumlah suka di media sosial. Rasa senang ini akan meningkat seiring dengan terwujudnya hadiah yang diidamkan. Zat adiktif akan meningkatkan jumlah hormon dopamin, sebaliknya jumlah reseptor malah menurun. Akibatnya, untuk menghasilkan efek serupa pecandu memerlukan dopamin yang lebih banyak dan kegiatan lain yang menghasilkan sedikit dopamin tidak menarik lagi. Setelah efek obatnya habis, jumlah dopamin dan reseptor pada otak pecandu obat-obatan lebih sedikit daripada orang normal. Prinsip ini juga sama pada jenis kecanduan lainnya. Dopamin berlebihan dapat menjadi halangan seseorang untuk mencapai targetnya. Dopamin membuat orang melakukan hal yang membawa kesenangan berulang-ulang sehingga waktu yang dapat dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif terbuang sia-sia.

Dopamine detox tidak diartikan secara harfiah karena pada dasarnya manusia tetap memproduksi dopamin, bahkan saat tidak terkena rangsangan. Dopamine detox yang dimaksud Dr. Sepah adalah periode untuk menahan diri dari kesenangan atau kegiatan yang dapat memproduksi dopamin sehingga berdampak pada kecanduan. Ada enam target utama dari dopamine detox, yaitu emotional eating, penggunaan internet berlebih, judi dan belanja berlebihan, pornografi dan masturbasi, serta obat terlarang. Tujuan akhir dari dopamine detox ini adalah mengurangi waktu yang dialokasikan pada perbuatan yang tidak baik dan menghilangkan ketergantungan terhadap stimulus tertentu.

Dopamine detox dilakukan dengan menghindari pemicu kesenangan selama beberapa waktu dengan harapan reseptor dan otak dapat berfungsi normal kembali. Setelah melakukan ini, seharusnya seseorang akan merasa lebih terpusat, seimbang, dan tidak terlalu terpengaruh oleh kegiatan pemicu dopamin yang biasa dilakukan. Untuk lepas dari kecanduan sepenuhnya, orang harus mengetahui akar dari kecanduan tersebut dan mengatasinya. Meskipun belum ada pembuktian saintifik mengenai metode ini, menjauhkan diri dari pemicu kesenangan dapat mengurangi stres, menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan kualitas tidur.

Agama Buddha sendiri juga memiliki solusi untuk mengatasi kecanduan, yaitu jalan mulia berunsur delapan. Jalan ini terdiri dari sila (ucapan benar, perbuatan benar, dan mata pencaharian benar), samadhi (daya upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar), dan panna (pengertian benar dan pikiran benar). Dengan menerapkan panna, seseorang dapat menyadari sebab dari kecanduan dan niat untuk lepas dari hal tersebut. Dengan menerapkan sila, seseorang dapat menyesuaikan gaya hidup dan aktivitas yang diperlukan untuk lepas dari kecanduan. Dengan menerapkan samadhi, seseorang mengetahui bahaya dari kecanduan sehingga memilih untuk tidak kembali pada hal tersebut.

Gambar 2. Sepenggal motivasi untuk hari ini
(Sumber Gambar: Dokumen Pribadi)

Profil Penulis:

Avellyn Yoan Wiratan, seorang mahasiswi Sekolah Vokasi di Universitas Gadjah Mada. Seorang pemula dalam menulis yang sedang berusaha mengembangkan teknik menulisnya dan bergabung dalam Tim Redaksi Eka-citta Kamadhis UGM. Penulis dapat dihubungi melalui alamat email avellyn.yoan.wiratan@mail.ugm.ac.id atau Instagram @avellynyoan.

Referensi:

Lanese, N., 2019, “Is There Actually Science Behind ‘Dopamine Fasting‘?”, diakses pada 22 Juli 2022, dari https://www.livescience.com/is-there-science-behind-dopamine-fasting-trend.html.

Todd, L., 2021, “What to know about a dopamine detox”, diakses pada 22 Juli 2022, dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/dopamine-detox.

Vernor, D., 2021, “Applying Buddhism in Addiction Recovery”, diakses pada 25 Juli 2022, dari https://iamsober.com/blog/buddhism-addiction-recovery/.