EC Article March Edition 2022

| By kamadhis.ukm

background

Mengusut Dhamma dengan Logika

Gambar 1. Benarkah matematika ada dalam ajaran Sang Buddha (Sumber: https://chezlorraine.wordpress.com/)

Logika merupakan salah satu hal yang sering kita dengar maupun kita ucap. Apa itu logika? Menurut KBBI, logika adalah pengetahuan tentang kaidah berpikir. Ternyata logika merupakan salah satu materi dari sebuah pelajaran sekolah, lo. Mungkin kamu sedang mencari-cari pelajaran apa yang ada logika atau mungkin kamu akan berpikir bahwa kebanyakan mata pelajaran membutuhkan logika. Kalau kamu memikirkan hal yang kedua, kamu benar karena kebanyakan pelajaran membutuhkan logika. Namun, tahukah kamu jika logika ini merupakan salah satu bab yang terdapat dalam matematika? Yaps, logika matematika. Logika matematika adalah aturan berpikir atau landasan tentang bagaimana kita mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan tersebut tidak hanya didasarkan dengan logika alamiah, tetapi juga logika ilmiah.

Logika matematika identik dengan sebuah pernyataan. Pernyataan adalah sebuah kalimat yang bernilai benar atau salah. Jika kita tidak dapat menentukan apakah kalimat tersebut bernilai benar atau salah, kalimat tersebut bukanlah sebuah pernyataan. Terdapat dua jenis pernyataan pada logika matematika, yaitu pernyataan terbuka dan tertutup. Untuk menyusun sebuah pernyataan, terdapat lima perangkai dasar pernyataan dalam logika matematika, yaitu ingkaran atau negasi, konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Pada penjelasan kali ini, kita akan berfokus pada ingkaran dan implikasi. Kenapa hanya dua hal tersebut? Ini dikarenakan ingkaran dan implikasi ternyata berhubungan dengan ajaran Sang Buddha, lo. Masa, sih? Sebelum membahas tentang hubungannya, ada baiknya kita memahami apa itu ingkaran dan implikasi terlebih dahulu. 

Ingkaran atau negasi adalah pernyataan yang memiliki nilai kebenaran yang berlawanan dari pernyataan semula dengan diberikan simbol (~). Misalkan (p) bernilai benar, maka ingkaran atau negasinya (~p) bernilai salah dan begitu pun sebaliknya. Implikasi adalah pernyataan majemuk sebab akibat yang dihubungkan dengan kata hubung seperti jika dan maka yang ditandakan dengan simbol (->). Misalkan p dan q bernilai benar, maka implikasinya benar. 

p = bernilai kurang dari 70

q =  melakukan remedi

p -> q = Jika bernilai kurang dari 70, maka melakukan remedi.

~q -> ~p = Jika tidak remedi, maka nilai tidak kurang dari 70.

Setelah memahami tentang ingkaran dan implikasi, mari kita simak hubungan antara logika matematika dengan ajaran Sang Buddha. Sebagai umat Buddha, tentunya kita tidak asing dengan Hukum Karma, kan? Nah, bila kita memperhatikannya lebih dalam lagi, Hukum Karma ini mengandung logika matematika, lo. Benarkah? Mari kita simak.

p = melakukan perbuatan tidak baik

q = akan merasakan penderitaan

p -> q = Jika melakukan perbuatan tidak baik, maka akan merasakan penderitaan.

~q -> ~p = Jika tidak ingin merasakan penderitaan, maka melakukan perbuatan baik.

Wah, ternyata benar ya di dalam Hukum Karma terdapat logika matematika. Selain Hukum Karma, ternyata terdapat ajaran Sang Buddha yang juga mengandung logika matematika, yaitu Paṭiccasamuppāda. Paṭiccasamuppāda adalah sebab dan akibat yang saling berhubungan. Di dalamnya terdapat teori tentang proses kelahiran dan kematian serta menerangkan tentang sebab-akibat tumimbal lahir dan penderitaan. Selain itu, dibabarkan pula mengenai tidak ada sesuatu apapun yang tidak berubah atau kekal abadi. Secara sederhana, Paṭiccasamuppāda dapat dipahami dengan cara berikut :

Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.

Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.

Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.

Dengan terhentinya ini, maka berhentilah itu.

– Assutava Sutta

Dengan kedua contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa ternyata di dalam ajaran Sang Buddha memang mengandung logika matematika. Dari kedua contoh tersebut, kita bisa mempelajari bahwa sebagai seorang manusia ada baiknya kita berpikir sebelum bertindak karena segala tindakan kita akan menimbulkan sebuah akibat. Jangan sampai kita gegabah dalam melakukan tindakan yang nantinya merugikan diri sendiri. Jaga kesehatan dan jangan lupa bahagia. 

Gambar 2. Motivasi hari ini (Sumber:
Dokumen Pribadi)

Profil Penulis:

Peter Suramin, seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada yang sudah memiliki beberapa pengalaman dalam dunia kepenulisan. Namun, masih dalam proses belajar sehingga bergabung ke dalam Tim Redaksi Eka-citta. Penulis dapat dihubungi melalui email peter.sur2003@mail.ugm.ac.id atau instagram @parkchris21. 

Referensi:

Bhagavant.com, 2022, ‘Paticcasamuppada dan 12 Nidana’, diakses pada 8 Maret 2022, dari https://bhagavant.com/pa%E1%B9%ADiccasamuppada-dan-12-nidana.  

Bhikkhu Dhammavuddho, 2022, Paṭiccasamuppāda, Sumatera Utara, Patria. 

Surya, V. S., 2021, ‘Logika Matematika Sebab Akibat’, diakses pada 8 Maret 2022, dari https://midway-buddhist.medium.com/logika-matematika-sebab-akibat-942fe34c2027