Pemilihan Pemimpin dalam Perspektif Agama Buddha
Pemimpin adalah figur penting dalam masyarakat dan semua komunitas masyarakat memiliki kriteria masing-masing untuk memilih pemimpinnya. Kriteria-kriteria tersebut dapat berupa integritas, kemampuan menjadi pemimpin, pengaruh, dan lain lain. Lantas, bagaimana Agama Buddha memandang pemimpin yang baik? Buddha mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melaksanakan apa yang Ia ajarkan (Lokasutta, Ittivutaka 122). Selain itu kitab Aggañña Sutta mendefinisikan sosok pemimpin atau “raja” sebagai orang yang membawa kebahagiaan terhadap orang lain melalui Dharma dan prinsip kebenaran. Buddha juga menjelaskan tata cara kepemimpinan dalam pemerintahan. Pertama, seorang penguasa yang baik harus bersikap tidak memihak, tidak berat sebelah, dan tidak pilih kasih terhadap rakyatnya. Kedua, seorang penguasa yang baik tidak boleh memperlihatkan ketakutannya dalam penyelenggaraan hukum jika hal itu dapat dibenarkan. Ketiga, seorang pemimpin yang baik harus memiliki pemahaman jernih mengenai hukum yang diselenggarakan.
Menurut ajaran Buddhis seorang pemimpin juga harus memiliki 10 karakteristik pemimpin (Dasa Raja Dhamma). Kitab Jataka menyebutkan ciri-ciri pemimpin ideal yaitu:
- Dana, sikap di mana seorang pemimpin harus murah hati terhadap rakyatnya dan tidak menimbun hartanya untuk kepentingan sendiri. Kedermawanan ini juga akan menjamin kesejahteraan rakyatnya.
- Sila, seorang pemimpin yang baik harus memiliki landasan moral yang baik. Landasan moral tersebut juga harus berdasarkan kebaikan dan kebajikan.
- Paricagga, seorang pemimpin harus menganggap posisinya sebagai orang yang berkuasa untuk mengorbankan dirinya melayani rakyatnya. Sehingga Ia bersedia mengorbankan diri demi mensejahterakan rakyatnya.
- Ajjava, integritas dan kejujuran harus dijunjung tinggi oleh seorang pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik juga harus berdedikasi dan mengerjakan tugasnya sebagai pemimpin dengan tulus.
- Maddava, pemimpin yang baik juga dituntut untuk bertanggung jawab atas keputusan dan kebijakan yang Ia buat.
- Tapa, seorang pemimpin yang baik layaknya hidup sederhana dan menghindari gaya hidup yang mewah guna mendekatkan diri dengan rakyatnya dan mengendalikan keserakahan.
- Akkodha, pemimpin tidak seharusnya bersikap emosional. Pemimpin yang baik memang harus tegas dalam menetapkan kebijakannya. Akan tetapi sikap marah yang berlebihan juga dapat berdampak buruk bagi pemimpin tersebut.
- Avihimsa, seorang pemimpin yang baik seharusnya tidak memimpin dengan kekerasan. Kekuasaan yang berbasis kekerasan cenderung tidak akan berjalan dengan lancar karena rakyat hanya mematuhi pemimpin tersebut karena rasa takut.
- Khanti, pemimpin yang baik juga harus memiliki kesabaran yang tinggi karena tentunya pemimpin akan melewati banyak tantangan selama masa kepemimpinannya.
- Avirodha, pemimpin tidak seharusnya mencari permusuhan karena semakin banyak musuh yang dimiliki pemimpin dan pengikutnya juga akan dirugikan oleh konflik yang terjadi.
Dari semua paparan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ajaran Buddha melihat bahwa sebuah pemimpin yang baik harus memiliki moralitas yang baik serta memiliki karakteristik-karakteristik yang mencerminkan seorang “raja”. Menurut kalian apakah pemimpin masa sekarang mencerminkan sikap-sikap tersebut.
Profil Penulis:
Andy Tan Mulya, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada yang memiliki ketertarikan pada bidang geopolitik dan geografi. Namun, selalu terbuka untuk mendalami topik di luar ketiga bidang tersebut melalui karya tulisnya yang difasilitasi oleh Tim Redaksi Eka-citta. Jika ingin menghubungi penulis dapat dihubungi melalui
email : andytanmulya@mail.ugm.ac.id
Instagram : @andytanmulya
Twitter : @andytanmulya
Referensi:
Bhayangkari, 2020, ‘Memilih Pemimpin yang Ideal Menurut Buddhis’, diakses pada 11 Maret 2023, melalui https://bhayangkari.or.id/artikel/memilih-pemimpin-yang-ideal-menurut-buddhis/
Liu, W., 2018.’Pemimpin Perspektif Buddhis’, diakses pada 11 Maret 2023, melalui https://kmbusu.org/buddhism/pemimpin-perspektif-buddhis