EC Article November Edition 2024

| By kamadhis.ukm

background

HA…HANNTUUU!!! Kok Seorang Buddhis Percaya Hantu?

Gambar 1. Ilustrasi Penampakan Hantu (Sumber Gambar: dream.co.id)

Setiap tahunnya pada 31 Oktober, beberapa negara Barat merayakan tradisi Halloween. Tradisi ini berasal dari budaya Barat, khususnya tradisi Celtic kuno dan pengaruh Kristen, yang identik unsur-unsur seperti kostum, perayaan pada malam hari, serta hiasan bertema horor dan supernatural. Halloween dirayakan dengan menghadirkan sosok-sosok menyeramkan seperti hantu, vampir, dan zombie sebagai simbol penghormatan roh leluhur dan makhluk gaib dengan tujuan menenangkan mereka atau bahkan menjauhkan energi negatif. Perayaan ini pada dasarnya menggabungkan antara budaya pagan dan agama, dengan fokus pada dunia hantu, roh, dan hal-hal yang tak terlihat. Begitu pula pada budaya Indonesia, keberadaan hantu, jin, dan roh diyakini nyata dan memiliki pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masyarakat menganggap dunia gaib sebagai sesuatu yang berdampingan dengan dunia nyata. Lantas, bagaimana perspektif Buddhisme terkait hal tersebut?

Dalam perspektif Buddhis, kepercayaan mengenai hantu, jin, dan makhluk gaib dapat dipahami sebagai cara manusia untuk berhadapan dengan kematian dan 31 alam kehidupan. Alam kehidupan tersebut tidak hanya alam manusia, tetapi juga berbagai alam gaib menderita dan berbahagia yang dihuni makhluk yang masih terikat karma, salah satunya hantu kelaparan atau preta. Hantu kelaparan (preta) merupakan makhluk yang digambarkan menderita akibat karma buruk dari kehidupan sebelumnya, seperti keinginan yang tidak pernah puas, ketamakan, ataupun keterikatan yang kuat pada keduniawian. Tradisi Buddhis Asia Timur memberikan persembahan selama festival Hungry Ghost untuk menenangkan mereka dan melepaskan ikatan karma yang menghambat mereka. Dalam ajaran Buddha, menghormati arwah atau makhluk gaib bukanlah hal asing; yang membedakannya adalah pendekatan yang lebih mendalam terhadap kehidupan dan karma yang mengikat roh dan makhluk lainnya pada siklus penderitaan atau saṃsāra

Dalam tradisi Asia Timur seperti Tiongkok dan Jepang, terdapat ritual untuk arwah leluhur yang juga penting dalam Buddhisme. Umat Buddha melakukan ritual persembahan untuk mengenang dan memberi penghormatan kepada arwah leluhur, yang diyakini dapat membantu mereka mencapai kedamaian dan melepaskan keterikatan yang masih tersisa di dunia ini. Perayaan Cioko atau Sembahyang Rebutan jatuh pada tanggal 15 bulan tujuh kalender Lunar, yang dikenal sebagai Bulan Hantu. Pada bulan ini, diyakini pintu alam baka terbuka dan roh-roh dapat mengunjungi alam manusia. Perayaan ini berawal dari tradisi agraris untuk menghormati leluhur dan dewa agar panen berlimpah, yang kemudian dipengaruhi oleh Buddhisme dengan adanya kepercayaan tentang preta atau hantu kelaparan. Inti dari perayaan ini adalah penghormatan kepada leluhur dan pemberian makanan kepada fakir miskin.

Sementara itu, makhluk gaib lainnya dalam Buddhisme seperti deva, asura, dan mara sering dianggap sebagai perwujudan dari keinginan, nafsu, atau sifat-sifat negatif manusia. Tidak hanya itu, makhluk-makhluk ini juga berfungsi sebagai simbol tantangan spiritual. Deva adalah makhluk surgawi yang hidup di alam lebih tinggi dari manusia, menikmati kebahagiaan dan kekuatan tertentu, namun tetap berada dalam lingkaran saṃsāra dan akan mengalami kelahiran kembali. Sedangkan, asura adalah makhluk penuh kemarahan dan iri hati yang sering terlibat konflik, serta hidup dalam perselisihan karena emosi negatif yang mereka simpan. Yaksha adalah makhluk gaib yang berperan sebagai penjaga tempat-tempat di alam manusia, serta dapat memberikan perlindungan atau membawa gangguan, tergantung pada karakter dan karma mereka. Di sisi lain, mara adalah personifikasi dari godaan dan rintangan yang menghalangi pencapaian pencerahan, sering kali dilihat sebagai manifestasi rintangan batin seperti keserakahan, kebencian, dan delusi. Keempat konsep ini mencerminkan berbagai aspek kehidupan dan tantangan yang dihadapi dalam upaya mencapai pencerahan dalam ajaran Buddhisme.

Dalam Buddhisme, terdapat enam alam reinkarnasi yaitu alam surga, alam non-surga, alam manusia, alam binatang, alam hantu kelaparan, dan alam neraka. Alam baik adalah alam surga, alam non-surga, dan alam manusia, sedangkan alam jahat adalah alam binatang, alam hantu kelaparan, dan alam neraka. Keberadaan alam gaib dan makhluk-makhluk di dalamnya adalah bagian dari siklus saṃsāra. Semua makhluk, baik yang hidup di alam manusia, alam deva, alam neraka, atau alam arwah, terikat oleh hukum karma yang menentukan bentuk kelahiran kembali mereka. Buddhisme mengajarkan bahwa kesadaran dan pengertian yang benar akan membawa seseorang melewati siklus saṃsāra, melepaskan keterikatan dari makhluk-makhluk gaib yang mungkin menjadi pengganggu atau pemberi cobaan dalam perjalanan spiritual seseorang.

Secara keseluruhan, perspektif Buddhisme tentang hantu, arwah, dan makhluk gaib tidak didasarkan pada ketakutan, tetapi pada pemahaman mendalam tentang penderitaan, karma, dan kebijaksanaan. Buddhisme menekankan bahwa keterikatan dan keinginan adalah akar dari penderitaan, baik bagi manusia maupun bagi makhluk gaib. Dengan menghormati dan merenungkan siklus kehidupan ini, umat Buddha diharapkan dapat melepaskan diri dari ilusi yang mengikat mereka pada siklus kelahiran kembali dan mencapai pencerahan atau Nirvana.

Gambar 2. Quote artikel hari ini (Sumber Gambar: dokumentasi pribadi)

Profil Penulis

Hai, menikmati bacaannya? Mari kenalan dengan pemilik ide artikel ini: Willbirth Aviandi, mahasiswa Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada yang memiliki ketertarikan dalam mempelajari agama, spiritual, dan fenomena sosial serta kondisi politik. Penasaran tentang saya? Cari tau lebih lanjut di Instagram @willbirth_avii atau Linkedin www.linkedin.com/in/willbirth-aviandi-76427a286.

Referensi

Alonzo L. Gaskill, PH.D, Do Buddhists Believe in Ghosts?, diakses pada 13 November 2024, melalui https://www.patheos.com/answers/do-buddhists-believe-in-ghosts 

Sabrina, Z. P., & Ahmadi, A., 2024, REINKARNASI DALAM NOVEL《 一生一世美人骨》 YĪ SHĒNG YĪ SHÌ MĚI RÉN GǓ (ONE LIFE, ONE INCARNATION BEAUTIFUL BONES) KARYA 墨宝非宝 MÒ BǍO FĒI BǍO: PERSPEKTIF BUDDHISME. Jurnal Bahasa Mandarin, 7(1).