Pacaran Beda Agama? Kalau Kata Buddhisme Begini
Gambar 1. Pacaran beda agama boleh atau tidak ya? (Sumber Gambar: https://www.gracedepth.com/)
“Ma, aku baru jadian sama (isi sendiri namannya).”
“Oh. Orangnya seiman apa ga ya?
“Hmmm…”
Sudah menemukan orang yang sabar, asyik, dan perhatian (sesuai idaman banget intinya), tapi ternyata orang tua minta jangan beda agama. Gimana tuh? Pasti jadi terbesit di otak, “Memang apa masalahnya sih pacaran beda agama?? Salah?” Ya, wajar juga! Di Indonesia, agama merupakan aspek hidup yang kokoh dipegang oleh masyarakat sehingga agama memang masih sering jadi salah satu ‘bobot dan bibit’ penting yang diperiksa para ayah dan ibu di Indonesia dari calon mereka.
Tapi, kalau dari pandangan religi, sebenarnya boleh apa tidak sih? Yuk, kita lihat bersama pendapat Buddhisme mengenai topik dilematis ini!
Pada 2014 lalu, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Bidang Ajaran, Suhadi Sendjadja, berpendapat bahwa menurutnya Buddisme tidak pernah berada dalam posisi menolak atau menerima pernikahan beda agama. Pernikahan terjadi karena adanya ikatan jodoh masa lampau yang kuat. Dengan kata lain, hukum pernikahan dalam Buddhisme lebih dilandaskan pada hukum karma atau hukum sebab-akibat yang memungkinkan adanya ikatan jodoh tersebut. Suhadi juga kemudian menyebutkan bahwa dalam Buddhisme memang pasti akan ada yang menganjurkan umat untuk mengusahakan pernikahan dengan sesama umat, tetapi jika ada pasangan beda agama yang memutuskan hendak menikah pun maka tetap akan difasilitasi juga.
Long Chan Pheakdey, bhikkhu dari Chumpou Vorn Pagoda (Kamboja) menyatakan bahwa Buuddhisme tidak pernah melarang umatnya untuk menikahi orang lain yang berbeda agama. Umat Buddhis boleh menikahi siapa saja yang terpenting adalah mereka bisa hidup berdampingan, saling percaya, dan saling menerima satu sama lain. Buddhisme percaya bahwa semua agama mengajarkan umatnya menjadi orang yang baik.
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Buddhisme tidak melarang umatnya untuk berpacaran bahkan menikah dengan orang yang beragama lain. Akan tetapi, perbedaan agama ini tentu pasti akan menimbulkan beberapa masalah yang perlu didiskusikan oleh pasangan yang bersangkutan di waktu mendatang. Sebagai contoh saja, kelak ketika status pacaran berlanjut menuju jenjang pernikahan, lantas agama apa yang akan diikuti oleh anak? Pada akhirnya, secara moral, Buddhisme pun tak mempermasalahkan hal yang dicontohkan tersebut, sebab Buddhisme percaya bahwa semua agama mengajarkan kebaikan. Lagipula keberhasilan suatu hubungan tidak hanya bergantung pada agama saja, masih banyak faktor lain yang memengaruhinya. Kunci utamanya adalah saling terbuka dan saling bertoleransi.
Gambar 2. Motivasi Hari Ini (Sumber Gambar: Dokumen Pribadi)
Profil Penulis
Ellen Susanto, seorang mahasiswi Fakultas Farmasi di Universitas Gadjah Mada. Seorang penulis pemula yang sedang berusaha mengembangkan teknik menulisnya. Penulis dapat dihubungi melalui ellensusanto@mail.ugm.ac.id atau Instagram @ellenssnto_
Referensi
Khmer Times, 2019, ‘Couples explain why interfaith marriage works’, diakses 16 Oktober 2021, dari https://www.khmertimeskh.com/564946/couples-explain-why-interfaith-marriage-works/
BBC, 2021, ‘Marriage and divorce’, diakses 16 Oktober 2021, dari https://www.bbc.co.uk/bitesize/guides/zmjmyrd/revision/2
Fransisco Rosarians, 2014, ‘Bagi Buddha, Nikah Beda Agama Itu Jodoh’, diakses 16 Oktober 2021, dari https://nasional.tempo.co/read/619769/bagi-buddha-nikah-beda-agama-itu-jodoh