Perayaan Hari Raya Magha Puja Kamadhis UGM 2017/2560 B.E. adalah program kerja bidang Dhamma dan Pendidikan yang dilaksanakan rutin setiap tahunnya dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan Dhamma para peserta dan tentunya dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Acara ini berlangsung pada malam hari pukul 19.00-21.00 di Ruang Sidang 3, Gelanggang Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Rangkaian acara dimulai dengan Puja Bakti kemudian dilanjutkan dengan Dhammadesana dan foto bersama. Puja Bakti dipimpin oleh saudara Benny Aldobagya dan saudari Adelin Theresia Can. Dhammadesana dibabarkan oleh Y.M. Bhante Ratanadhiro. Acara ini dihadiri oleh Anggota Kamadhis UGM dan juga Kamadhis universitas lainnya yang berada di Yogyakarta.
Hari suci Magha Puja memperingati empat peristiwa penting, yaitu :
1. Seribu dua ratus lima puluh orang bhikkhu datang berkumpul tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
2. Mereka semuanya telah mencapai tingkat kesucian arahat.
3. Mereka semuanya memiliki enam abhinna.
4. Mereka semua ditasbihkan oleh Sang Buddha dengan ucapan “Ehi Bhikkhu”.
Peristiwa penting ini dinamakan Caturangga-sannipata, yang berarti pertemuan besar para arahat yang diberkahi dengan empat faktor, yaitu seperti tersebut di atas. Peristiwa penting ini terjadi hanya satu kali dalam kehidupan Sang Buddha Gotama, yaitu pada saat purnama penuh di bulan Magha (Februari), tahun 587 Sebelum Masehi (sembilan bulan setelah Sang Buddha mencapai Bodhi). Pada waktu itu, seribu dua ratus lima puluh orang bhikkhu datang secara serempak pada waktu yang bersamaan, tanpa adanya undangan dan perjanjian sebelumnya ke tempat kediaman Sang Buddha di Vihara Veluvana (Veluvanarama, yang berarti hutan pohon bambu) di Kota Rajagaha. Mereka datang dengan tujuan untuk memberi hormat kepada Sang Buddha sekembalinya mereka dari tugas menyebarkan Dhamma dan melaporkan hasil penyebaran Dhamma yang telah mereka lakukan tersebut.
Para bhikkhu yang berkumpul pada peristiwa Magha Puja itu telah mencapai tingkat kesucian yang tertinggi, yaitu arahat. Mereka telah berhasil membasmi semua kilesa atau kekotoran batinnya sampai keakar-akarnya, sehingga mereka dikatakan telah khinasava atau bersih dari kekotoran batin. Mereka tidak mungkin lagi berbuat salah. Mereka telah sempurna.
Para bhikkhu yang berkumpul pada peristiwa Magha Puja itu semuanya ditahbiskan oleh Sang Buddha dengan cara “Ehi Bhikkhu Upasampada”. Pada saat pentahbiskan itu, Sang Buddha mengucapkan kata-kata sebagai berikut :
“ Mari (Ehi) Bhikkhu, Dhamma telah dibabarkan dengan jelas.
Laksanakan penghidupan suci dan singkirkan penderitaan.”
Pada kesempatan agung itu, Sang Buddha menerangkan prinsip-prinsip ajaran yang disebut Ovada Patimokkha. Isi dari Ovada Patimokkha itu sama dengan syair yang tercantum dalam kitab suci Dhammapada bab XIV ayat 183, 184, dan 185 yaitu sebagai berikut :
Janganlah berbuat kejahatan,
Perbanyaklah perbuatan baik,
Sucikan hati dan pikiran,
Inilah ajaran para Buddha.
Kesabaran adalah praktik bertapa yang paling tinggi.
“ Nibbana adalah yang tertinggi,” begitulah sabda para Buddha.
Dia yang masih menyakiti orang lain,
Sesungguhnya bukanlah seorang pertapa (samana).
Tidak menghina, tidak menyakiti,
Mengendalikan diri sesuai dengan peraturan,
Makanlah secukupnya,
Hidup di tempat yang sunyi,
Dan giat mengembangkan batin nan luhur,
Inilah ajaran para Buddha.
Pada peristiwa Suci Magha Puja itu, Sang Buddha juga memberitahukan pengangkatan Arahat Sariputta dan Arahat Moggallana sebagai siswa Utama Beliau (Aggasavaka) dalam Sangha Bhikkhu.