Tahun Baru Imlek, Tapi Ditanya “Kapan Nikah?”
Tahun Baru Imlek merupakan tradisi yang dirayakan turun temurun oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia sebagai momen untuk berkumpul dan mengucap syukur. Saat Imlek, keluarga akan mendoakan para leluhur dan berdoa untuk rezeki dan kesehatan yang lebih baik di tahun baru ini. Selain itu, terdapat beberapa hal yang dinantikan oleh masyarakat Tionghoa, seperti penampilan barongsai dan liong, pembagian angpao, yu sheng, dan masih banyak lagi. Namun ada juga beberapa orang yang merasa tertekan karena akan bertemu dengan sanak saudara dan dilempar dengan banyak pertanyaan, salah satunya yaitu “Kapan Nikah?”. Sehingga membuat beberapa orang merasa dikejar-kejar dan berakhir menghindar saat ditanya atau menikah sebelum Tahun Baru Imlek.
Sebenarnya, apa itu Pernikahan? Dalam agama Buddha, pernikahan atau perkawinan adalah perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Meski di dalam Tipitaka tidak banyak ditemukan uraian-uraian yang mengatur mengenai perkawinan, tetapi dari berbagai sutta dapat diperoleh hal-hal yang sangat penting bagi suami maupun istri untuk membentuk perkawinan yang bahagia.
Dalam membentuk perkawinan yang bahagia, tidak semua laki-laki beruntung mendapatkan seorang perempuan yang baik sebagai istrinya, ia mungkin mendapatkan seorang perempuan yang jahat atau berperangai buruk. Demikian pula tidak semua perempuan beruntung mendapatkan seorang laki-laki yang baik sebagai suaminya, ia mungkin mendapatkan seorang laki-laki yang jahat atau berperangai buruk. Sehingga perkawinannya pasti tidak akan membawa kebahagiaan, melainkan hanya membawa nestapa belaka.
Seseorang yang jahat atau berperangai buruk yaitu orang yang suka melakukan berbagai kejahatan (melanggar Pancasila Buddhis), mempunyai kebiasaan-kebiasaan buruk, mementingkan diri sendiri, tidak menghormati mereka yang patut untuk dihormati, dan lain sebagainya.
Tetapi, ada juga perkawinan antara seorang laki-laki yang jahat atau berperangai buruk dengan seorang perempuan yang jahat atau berperangai buruk, mereka mungkin merasa “bahagia” dengan standar mereka masing-masing. Namun, hal tersebut adalah perkawinan yang buruk dan hanya akan merugikan keluarga dan handai taulan. Perkawinan yang baik yaitu perkawinan antara seorang laki-laki yang baik dan seorang perempuan yang baik, pasangan inilah yang dipuji oleh Sang Buddha.
Dalam mencari pasangan hidup, baik yang laki-laki maupun perempuan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Maka dari itu, persiapan dari kedua belah pihak harus matang. Sebelum menikah, pihak laki-laki dan perempuan seharusnya melakukan pendekatan dengan pihak lainnya untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sehingga kalau ada kekurangan dari pihak lainnya yang tidak dapat ditolerir, masih terdapat waktu untuk mundur atau memutuskan hubungan.
Untuk menilai, apa aja sih yang harus diperhatikan? Untuk pihak perempuan, apabila tidak ada masalah dengan penampilan, umur, faktor keturunan, atau status sosial, maka yang harus diperhatikan, yaitu keyakinan pada agama, etika/moral, pendidikan, keterampilan wanita, kematangan emosional, dan kebijaksanaan. Sedangkan untuk pihak laki-laki, memperhatikan keyakinan pada agama, etika/moral, pendidikan, pekerjaan, tanggung jawab, dan kebijaksanaan.
Kapan sih kita bisa menilai pihak laki-laki/perempuan? Masa pacaran dapat kalian pergunakan sebagai masa perkenalan atau masa penjajakan bagi sepasang calon pengantin. Setiap manusia memiliki corak kepribadian yang berbeda-beda dan belum tentu kepribadian seseorang itu cocok dengan yang lainnya. Oleh karena itu, masa pacaran merupakan masa yang sangat penting sebagai persiapan.
Apabila ada yang ragu-ragu akan kepribadian si calon pasangan hidupnya, selidikilah terlebih dahulu dengan seksama, dapat diperiksa oleh para ahli juga apabila perlu.
Dalam memilih pasangan hidup, setiap orang memiliki kriteria yang berbeda. Ada yang tidak mau hidup melarat, sehingga ia memilih calon pasangan yang kaya raya. Ada juga yang ingin terkenal, sehingga ia mencari calon pasangan yang sudah punya nama. Mereka yang ingin hidup bahagia, memilih pasangan hidup yang luhur budi, bermoral, bertanggung jawab, rajin bekerja, setia, dan bijaksana.
Profil Penulis:
Peter Suramin, seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada yang sudah memiliki beberapa pengalaman dalam dunia kepenulisan. Namun, masih dalam proses belajar sehingga bergabung ke dalam Tim Redaksi Eka-citta. Penulis dapat dihubungi melalui email peter.sur2003@mail.ugm.ac.id atau instagram @parkchris21.
Referensi:
Rumah, 2023, ‘Tahun Baru Imlek, Pengertian, Asal Usul, dan Perayaan di Indonesia’, diakses pada 26 Januari 2023, dari https://www.rumah.com/panduan-properti/tahun-baru-imlek-78407.
Samaggi Phala, 2004, ‘Tuntunan Perkawinan dan Hidup Berkeluarga dalam Agama Buddha’, diakses pada 26 Januari 2023, dari https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/tuntunan-perkawinan-dan-hidup-berkeluarga-dalam-agama-buddha/.